Tampak Udara konversi hutan menjadi areal perkebunan sawit di Kalimantan Tengah, Maret 2014. |
Berapa emisi karbondioksida yang
dilepaskan jika sebuah kawasan hutan tropis dikonversi?
Bagaimana
pendekatan metodologis untuk menghitungnya?
Para peneliti yang tergabung dalam tim INCAS (Indonesia National
Carbon Accounting System) Badan Litbang Kehutanan mencoba membuat
jawabannya. Tim yang terdiri Haruni Krisnawati, Wahyu Adinugroho,
Rinaldi Imanuddin dan Silver Hutabarat menghitung stok karbon dengan
mengambil sampel propinsi percontohan yaitu Kalimantan Tengah.
Pendekatan dilakukan dengan mengambil analisis terhadap tingkat
pendugaan pertumbuhan pohon untuk menghitung biomassa hutan. Para
peneliti membedakan antara hutan primer (hutan utuh yang belum
terganggu) dengan hutan sekunder (hutan yang telah terganggu), serta
membedakannya menjadi tipe hutan yang berada di lahan kering, hutan
rawa dan hutan bakau.
Bagaimana hasilnya?
Studi menujukkan bahwa nilai faktor emisi, yaitu satuan yang
digunakan untuk mengukur tingkat emisi dan serapan CO2 yang dihasilkan,
berbeda untuk tiap-tiap tipe hutan.
Nilai faktor emisi didapatkan sebesar 222 ton karbon/ha pada hutan
lahan kering primer, 178 ton karbon/ha pada hutan lahan kering sekunder,
157 ton karbon/ha pada hutan rawa primer, 140 ton karbon/ha pada hutan
rawa sekunder, 162 ton karbon/ha pada hutan bakau primer dan 116 ton
karbon/ha pada hutan bakau sekunder.
Penelitian ini diklaim lebih rinci dari studi serupa yang pernah
dilakukan oleh para peneliti di hutan tropis Brasil. Diharapkan dengan
penelitian ini maka dapat berkontribusi dalam melaporkan emisi gas efek
rumah kaca secara reguler.
Klik pada gambar untuk memperbesar |
Secara metodologis, jumlah karbon yang terserap dan ada di dalam
hutan dapat saja bertambah dari nilai yang disampaikan oleh para
peneliti. Hal ini dapat terjadi, mengingat penelitian ini mendasarkan
pada perhitungan biomassa dan stok karbon hutan dan tidak memasukkan
karbon tanah. Para peneliti menaksir komponen biomassa pohon di atas
permukaan tanah mewakili sekitar 44-65% dari biomassa hutan total.
Emisi dari Hutan Berpengaruh kepada Atmosfer Bumi
Emisi yang dikeluarkan dari hutan
ternyata berpengaruh besar kepada atmosfer di bumi. Profesor Mark
Cochrane, peneliti senior dari Gespatial Sciences Centre for Exellence,
menyebutkan bahwa emisi karbon dari perubahan tutupan lahan sangat
berpengaruh secara signifikan secara global.
Diperkirakan sementara ini berdasarkan hasil penelitian emisi dari
karbon hutan mencapai 40 persen dari total emisi karbon akibat bahan
bakar fosil di dunia selama beberapa tahun.
Pada tahun 1990-an, atas Perintah Presiden Soeharto waktu itu, Proyek
Mega Rice Project atau “Lahan Sejuta Hektar” di Kalimantan Tengah telah
mengubah bentang lahan gambut untuk dijadikan wilayah pertanian, yang
berakhir dengan kegagalan total.
Sejak saat itu, kawasan eks proyek tersebut, menjadi area yang rawan
kebakaran dan berpotensi untuk terus mengeluarkan emisi karbon. Selain
itu konversi lahan dari hutan alam menjadi perkebunan kelapa sawit skala
besar dan pertambangan di Kalimantan Tengah turut memberikan sumbangan
kepada emisi karbon yang ditimbulkan.
source : mongabay
Tidak ada komentar:
Posting Komentar